Rabu, 22 Mei 2013

Praktikum Fisiologi Hewan Air


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
Respon Ikan Terhadap Perubahan pH





Oleh
Kelompok 5
Samuel Silaban
05121005035



















PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I.    PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
            Lingkungan adalah tempat yang paling penting dalam berlangsungnya kehidupan organisme hewan air, dan di lingkungannya selalu mengalami perubahanan  yang terjadi akibat cuaca, musim dan akibat yang dilakukan manusia. Diantaranya suhu, pH salinitas,limbah, kekeruhan hal itu dapat terjadi dari waktu ke waktu. Jika perubaha  tersebut terjadi selang waktu sehari maka organisme tersebut harus di perhatikan Jika tidak maka akan mempengaruhi fisiologi, tinggkah laku biokimia maupun bentuk tubuhnya (Effendi,  2004).
            Salinitas merupakan faktor yang mempengaruhi tinggkat fisilogi ikan terutapa terhadap ikan yang hanya bisa dam air yang salinitasnya tergolong rendah oleh karena itu kita juga harus memperhatikan dalam segala aspek terutama dalam salinitas ini juga dimana menurut  Menurut Boyd (1982) salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan juga bahwa komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium. Dan ada juga ikan yang mampu toleran terhadap salinitas rendah dan menengah (air payau) (Lesmana, 2004).
            Diperairan samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34-35‰. Diperairan pantai karena terjadinya pengenceran, misalnya karena pengaruh aliransungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air laut. Ada berbagai cara dan istilah yang digunakan untuk memberikan nama air berdasarkan salinitasnya. Salah satu misalnya menurut Valikangas dapat diserhanakan sebagai berikut : air tawar 0-0,5‰, air payau 0,5-17‰, dan air laut lebih 17‰ (Nontji, 2005).
           

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati respon ikan terhadap perubahan pH lingkungan.



























II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Sistematika dan Morfologi Ikan Nila(Oreochromis niloticus)
Adapun sistematika ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Suyanto (2005), adalah sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
filum                : Chordata
kelas                : Osteichthyes
ordo                 : Percomorphi
sub-ordo          : Percoidea
famili               : Cichlidae
genus               : Oreochromis
spesies             : Oreochromis niloticus.
            Ikan nila mempunyai ciri yang khas, yaitu adanya garis vertikal yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak enam buah dan garis seperti ini juga terdapat pada sirip punggung dan sirip duburnya.Bentuk tubuh ikan nila pipih meruncing, posisi mulut superior dan dapat disembulkan, sisik ktenoid dan memiliki sirip yang lengkap, terdiri atas sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal.Posisi sirip ventral terhadap pektoralnya adalah abdominal.Ikan nila mempunyai linea lateralis yang lengkap dan terputus.Ada beberapa ciri yang dapat membedakan ikan nila jantan dan betina.Pada rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan nila adalah tipe scenoid.Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya.Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal) (Tariga, 2012).
            Menurut Suyanto (2005), perbedaannya terdapat pada sisiknya. Sisik ikan nila jantan lebih besar daripada ikan nila betina, sisik bawah dagu dan perut ikan nila jantan berwarna gelap, dan alat kelamin jantan berupa tonjolan yang disebut papilla sedangkan kelamin betina berupa tonjolan dibelakang anus.

B.     Habitat
Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal.Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam dinaikkan sdikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang berkadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Leugeu, 2009).

C.    Kebiasaan Makanan
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan.Oleh karena itu, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih,pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp. Benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet(Tariga, 2012).

D.    Kualitas Air
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38oC dengan suhu terbaik adalah 25-30oC dan dengan nilai pH air  antara 6-8,5 (Suyanto 2003).
Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0–35 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1–2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2-3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).

E.     Sistematika dan Morfologi Ikan Lele (Clarias batrachus)
               Adapun sistematika ikan lele (Clarias batrachus) Menurut Syaraf (2004), adalah sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
filum                : Chordata
kelas                : Tinopterygii
ordo                 : Ostariophysi
famili               : Clariidae
genus               : Clarias
spesies             : Clarias batrachus
Pada ikan lele, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus (Fujaya, Y. 2004)
Morfologi ikan lele dapat dijelaskan seperti kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang.Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang.Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat.Mulut berada diujung moncong (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas.Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal.Sirip perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal.Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memilikipanjang maksimum mencapai 400 mm (Fujaya, 2004).

F.  Habitat
Ikan lele banyak ditemukan di Benua Afrika dan Asia Tenggara. Komoditas perikanan ini terdapat di perairan umum yang berair tawar. Penyebaran lele di Asia, yaitu negara Indonesia, Thailand, Filipina, dan Cina. Ikan lele di beberapa negara, khususnya di Asia telah diternakkan dan dipelihara di kolam, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, Filipina, Kamboja, Birma, dan India. Ikan Lele di Indonesia secara alami ditemukan di Kepulauan Sunda Besar maupun Kepulauan Sunda Kecil (Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006).
Ikan lele  jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari, ikan lele lebih menyukai tempat yang gelap. Karena hewan ini bersifat nokturnal yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari.Pada siang hari ikan lele memilih bersembunyi di dalam tempat yang gelap.Ikan lele relatif dapat bertahan pada lingkungan yang jelek dan kandungan oksigennya sangat sedikit. Namun, pertumbuhan ikan lele akan lebih cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi, ataupun air sumur (Fujaya, 2004).

G.    Kebiasaan  Makan
      Makanan alami ikan lele lokal adalah binatang renik seperti kutu air golongan daphnia, cladocera,dan copepoda. Selain itu, juga memakan berbagai jenis cacing, larva jentik nyamuk, atau siput kecil.Selain bersifat pemakan daging (carnivore), lele lokal yang dipelihara di kolam juga memakan sisa-sisa makanan yang membusuk yang berasal dari limbah rumah tangga atau limbah dapur.Saat dibudidayakan, ikan ini dapat diberi pakan limbah peternakan, seperti bangkai ayam dan bangkai ikan, atau diberi pakan buatan seperti pelet (Khairuman et al., 2008).
      Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging).Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air.Karena bersifat karnivora (Mahyyudin dan kholish, 2011).
Lele bersifat kanibalisme, yaitu sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan, lele tidak segan-segan memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu jangan sampai terlambat memberinya makan. Sifat kanibalisme juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil (Mahyuddin. K, 2011).

H.    Kualitas  Air
      
















III.    METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Adapub praktikum Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari senin 22 april 2012 pukul 14.30 sampai dengan selesai di Laboratorium Dasar Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B.  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Alat yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut:

No.
Nama Alat
Spesifikasi
 Fungsi
1.
Aquarium
1 buah
Sebagai wadah ikan patin dan ikan sepat
2.
Aerator
1 buah
Alat untuk pernapasan tambahan ikan
3.
Toples
6 buah
Sebagai wadah untuk pengamatan
4.
pH indikator
1 buah
Untuk mengukur pHair dalam toples
5.
Tissue
2 buah
Untuk membersihkan toples dan peralatan lainnya
6.
Kertas Lakmus
1 buah
Untuk mengukur pH

    

Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :

No
Nama Bahan
Spesifikasi
Fungsi
1.
HCL
secukupnya
Untuk mengamati respon ikan
2.
ikan nila
10 ekor
Sebagai bahan praktikum
3.
ikan lele
10 ekor
Untuk bahan praktikum
4.
NaOH
secukupnya
Untuk mengamati respon ikan

C.     Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Bersihkan akuarium, isi air kedalamnya dan aerasi. Kemudian masukkan 20 ekor ikan, biarkan selama 15 menit.
2.    Isi air sebanyak 1,5 liter pada 6 toples. pH aip pada masing-masing toples dibuat menjadi 3,5,7,9, dan 10. Beri label pada masing-masing toples kemudian pada masing-masing toples dimasukkan 1 ekor ikan nila dan ikan lele. Diamkan ikan dalam toples selama 10 menit. Amati dan catat tingkah laku ikan, gunakan kertas pH indicator untuk mengukur pH air.
3.    2 ekor yang tersisa dalam akuarium , selanjutnya mendapat perlakuan pH air media diturunkan menjadi 5, diamkan selama 10 menit,. Setelah 10 menit pH air dinaikkan kembali menjadi 7, diamkan selama 10 menit,. Setelah 10 menit pH air dinaikkan kembali menjadi 9, diamkan selama 10 menit. Amati dan catat perubahan tingkah laku ikan. Adakah perbedaan antara ikan yang disimpan dalam akuarium dengan ikan didalam toples? Amati dan catat perubahan yang terjadi pada insang dan produksi lender ikan.












IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil
      Adapun hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : Tabel 6. Hasil respon ikan terhadap perubahan pH didalam toples dari 3,5,7,9 &10
No
pH
Respon

Keterangan


Ikan Lele
Ikan Nila
1
3
Pingsan, overkulum bergerak, dan berlendir
Pingsan, berlendir, dan ada darah disirip dada
Ikan nila pingsan
Ikan lele mati

2
5
Lemah, diam dan tidak berlendir
Berlendir dan ada darah didekat overculum
Ikan nila pingsan
Ikan lele mati

3
7
Tidak terjadi perubahan
Tidak terjadi perubahan
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup

4
9

Ikannya lemah. Tidak berlendir ada darah didekat overculum
Ikannya berlendir dan lemas
Ikan nila mati
Ikan lele mati

5
10
Diam, stress dan tidak berlendir
Berlendir, stress dan mengeluarkan darah didekat overculum
Ikan nila hidup
Ikan lele mati


Tabel 7. Hasil respon ikan terhadap perubahan pH didalam toples dari 5,7& 9
No
pH
Respon

Keterangan


Ikan Lele
Ikan Nila
1
5
Bergerak pasif, overkuum normal dan tidak berendir
Bergerak, overkulum berdarah dan tidak berlendir
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup
2
7
Bergerak pasif, overkuum normal dan tidak berendir
Bergerak agresif dan overculum berdarah
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup
3
9
Bergerak pasif dan  overkulum normal
Bergerak agresif dan overculum berdarah
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup


B. Pembahasan
Pada praktikum respon ikan terhadap perubahan pH yaitu kita dapat mengamati respon ikan terhadap perubahan pH pada air dimana keadaan air itu dalam keadaan asam, basa, dan netral.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan yaitu terhadap ikan nila (Oreochomis niloticus) dan ikan lele (Clarias batrachus) dengan mengamati tingkah laku ikan tersebut, tinggkah laku tersebut.Pada pH 5 keadaan ini air dalam keadaan asam ikan nila dan ikan lele setelah dimasukkan bergerak aktif dan lincah, pada pH 7 ikan bergerak aktif, namun tidak terlaluaktif begit punjuga ikan lele, dan pada pH 7 ikan bergerak seperti biasa normal karena pada pH 7 kondisi air dalam keadaan netral. Pada pH 9 ikan nila dan ikan lele masih bergerak aktif namun sedikit mulai lemas, dan pada pH 10 ikan nila bergerak kebawah permukaan toples dan ikan lele bergerak ke dasars permukaan toples lama-lama kedua ikan ini mulai pucat dan pingsan. Ikan nila langsung berenang ke dasar permukaan air toples dan ikan lele terlihat menggambil oksigen ke atas permukaan air secara bergantian dan terlihat juga ikan nila sering berada di dasar air toples sedangkan ikan lele selalu bergerak ke atas permukaan air toples terus menerus dan mulai pada ikan nila pun badannya pucat terlihat selalu diam di dasar permukaan air lalu ikan lele pun terlihat badannya pucat sedikit memerah mulut dan sungutnya memerah.
Keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap jenis ikan akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan dampak yang ditimbulkannya pun berbeda (Deden Daelami, 2001).
Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral.Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5–10.
Aktifitas ikan nila yang memproduksi asam dari hasil proses metabolisme dapat mengakibatkan penurunan pH air, kolam yang lama tidak pernah mengalami penggantian air akan menyebabkan penurunan pH, hal ini disebabkan karena peningkatan produksi asam oleh ikan nila yang terakumulasi terus-menerus di dalam kolam dan ini dapat menyebabkan daya racun dari amoniak dan nitrit dalam budidaya ikan nila akan meningkat lebih tajam. Stress asam yang dihasilkan dari proses metabolisme tersebut dapat menyebabkan ikan mengalami kehilangan keseimbangan (Lesmana, 2004).
Setiap 10 menit pH dinaikkan menjadi5, ikan nila terlihat sering di dasar air toples dan ikan lele selalu bergerak agresif dengan sering naik ke atas permukaan dan setelah beberapa menit terlihat kedua ikan semakin bergerak pasif atau diam di atas permukaan dan di bawah permukaan pada pH 9 badan ikan nila memerah dan ikan lele sungut dan mulunya pun memerahdan  ikan nila hanya diam di dasar permukaan air.Seperti pendapat Affandi (2001) bahwa insang merupakan organ penting yang mampu dilewati air mapun mineral, pemeabilitas insang yang tinggi terhadap ion-ion dapat menyebabkan ikan selalau bergerak diam di bawah permukaan ataupun di atas permukaan air mungkin juga bisa menyebabkan suatu ikan tersebut pingsan ataupun mati. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang luas(Euryhaline).Dan disini ikan nila dan ikan lele mempunyai torelansi pH yang kecil yang menyebabkan jika ikan tersebut mengalami stres oleh karenanya pola penyebaran organisme sangat mengikuti perbedaan suhu laut.









V.       KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      pH singkatan dari “puisance negatif de H” yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu perairan.
2.      Ikan akan bergerak seperti biasa jika pH air sesuai dengan daya tahan tubuh ikan terhadap lingkungan
3.      Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral.
4.      pH air yang  netral untuk ikan adalah ketika pH air 7
5.      Insang merupakan organ penting yang mampu dilewati air mapun mineral, pemeabilitas insang yang tinggi terhadap ion-ion dapat menyebabkan ikan selalau bergerak diam di bawah permukaan ataupun di atas permukaan air mungkin juga bisa menyebabkan suatu ikan tersebut pingsan ataupun mati.

B.     Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya pada saat mengukur pH menggunakan alat indikator ketras lakmus karena alat ini mudah untuk melihat keadaan suatu air dalam toples dan menggunakan ikan yang masih segar dalam praktikum unuk mencapai hasil yang optimal.



DAFTAR PUSTAKA

Affandi.2005.Osmoregulasi(http://zona-biologi.blogspot.com/2011/01/ osmoregulasi.html diakses pada tanggal 10 Mei 2013)

Byod. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn University. Elseveir Science Publising Company, Albama, Inc. New York.

Daelami, Deden.  2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya: Cianjur.

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya: Jakarta.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan “Dasar Pengembangan Teknik Perikanan”. Rineka Cipta, Jakarta.

Khairuman dan Amri, Khairul, 2002.Budidaya Lele Dumbo secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Kusrini, E. 2004.Adaptasi Fisiologis Terhadap Salinitas. Rineka Cipta : Jakarta.

Lesmana, D. S. 2004. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar.PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, osmoregulation, and acid-base balance. In the Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.). taylor and Francis Group.

Leugeu. 2009. Ikan Nila (Oreochromid nilotichus)(.http://leugeu.wordpress.com /2009/12/25/nila-oreochromis-niloticus.html diiakses pada tanggal 7 april 2013).

Mahyuddin dan Kholish, 2011.Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta:    Penebar Swadaya.

Mahyuddin. K. 2011. Salinitas Air Laut.Erlangga : Jakarta.

Suyanto. R. 2005. Nila.PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tariga,rani.2012.Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan  Morfologi Ikan Nila. (http://ranietariga.blogspot.com/2012/03/sistematika-anatomi-fisiologi-dan-morfologi-ikan-nila.html diakses pada tanggal 10 Mei 2013)




2 komentar:

  1. Betway Casino – Welcome Bonus of 200 Free Spins
    Betway is one of 출장마사지 the poormansguidetocasinogambling best 바카라 사이트 names when it comes to online kadangpintar casino in the world. Their games are varied, generous, and generous with goyangfc

    BalasHapus