LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AIR
Respon Ikan Terhadap Perubahan pH
Oleh
Kelompok 5
Samuel Silaban
05121005035
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lingkungan adalah tempat yang paling
penting dalam berlangsungnya kehidupan organisme hewan air, dan di
lingkungannya selalu mengalami perubahanan yang terjadi akibat cuaca,
musim dan akibat yang dilakukan manusia. Diantaranya suhu, pH salinitas,limbah,
kekeruhan hal itu dapat terjadi dari waktu ke waktu. Jika perubaha
tersebut terjadi selang waktu sehari maka organisme tersebut harus di
perhatikan Jika tidak maka akan mempengaruhi fisiologi, tinggkah laku biokimia
maupun bentuk tubuhnya (Effendi, 2004).
Salinitas merupakan faktor yang
mempengaruhi tinggkat fisilogi ikan terutapa terhadap ikan yang hanya bisa dam
air yang salinitasnya tergolong rendah oleh karena itu kita juga harus
memperhatikan dalam segala aspek terutama dalam salinitas ini juga dimana
menurut Menurut Boyd (1982) salinitas
adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan juga bahwa
komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh
ion-ion tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan
magnesium. Dan ada juga ikan yang mampu toleran terhadap salinitas rendah dan
menengah (air payau) (Lesmana, 2004).
Diperairan
samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34-35‰. Diperairan pantai karena
terjadinya pengenceran, misalnya karena pengaruh aliransungai, salinitas bisa
turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas
bisa meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum yang digunakan untuk
menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air laut. Ada berbagai
cara dan istilah yang digunakan untuk memberikan nama air berdasarkan
salinitasnya. Salah satu misalnya menurut Valikangas dapat diserhanakan sebagai
berikut : air tawar 0-0,5‰, air payau 0,5-17‰, dan air laut lebih 17‰ (Nontji,
2005).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengamati respon ikan terhadap perubahan pH lingkungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika
dan Morfologi Ikan Nila(Oreochromis
niloticus)
Adapun sistematika ikan
nila (Oreochromis niloticus)
menurut
Suyanto (2005), adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Osteichthyes
ordo : Percomorphi
sub-ordo : Percoidea
famili : Cichlidae
genus : Oreochromis
spesies : Oreochromis niloticus.
Ikan
nila mempunyai ciri yang khas, yaitu adanya garis vertikal yang berwarna gelap
disirip ekor sebanyak enam buah dan garis seperti ini juga terdapat pada sirip
punggung dan sirip duburnya.Bentuk tubuh ikan nila pipih meruncing, posisi
mulut superior dan dapat disembulkan, sisik ktenoid
dan memiliki sirip yang lengkap, terdiri atas sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal.Posisi sirip ventral terhadap pektoralnya adalah
abdominal.Ikan nila mempunyai linea
lateralis yang lengkap dan terputus.Ada beberapa ciri yang dapat membedakan
ikan nila jantan dan betina.Pada rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan nila
adalah tipe scenoid.Ikan nila juga
ditandai dengan jari-jari dorsal yang
keras, begitupun bagian awalnya.Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip
dada (abdormal) (Tariga,
2012).
Menurut Suyanto (2005), perbedaannya terdapat pada
sisiknya. Sisik ikan nila jantan lebih besar daripada ikan nila betina, sisik
bawah dagu dan perut ikan nila jantan berwarna gelap, dan alat kelamin jantan
berupa tonjolan yang disebut papilla sedangkan kelamin betina berupa tonjolan
dibelakang anus.
B. Habitat
Ikan nila dapat hidup di perairan
yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal.Nila juga dapat
hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa,
tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Ikan nila air tawar
dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam
dinaikkan sdikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam
air yang berkadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan
kematian ikan (Leugeu, 2009).
C. Kebiasaan Makanan
Ikan nila tergolong
ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan
atau tumbuhan.Oleh karena itu, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika
masih benih,pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti
Rotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp. Benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di
bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, ikan nila juga
memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran
dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet(Tariga,
2012).
D.
Kualitas
Air
Ikan nila memiliki
kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini
memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa
dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi
dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38oC
dengan suhu terbaik adalah 25-30oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003).
Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran
salinitas yang luas dari 0–35 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di
air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu
dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1–2 minggu
dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2-3 ppt agar ikan nila dapat
beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).
E.
Sistematika dan Morfologi Ikan Lele (Clarias batrachus)
Adapun sistematika ikan lele (Clarias batrachus) Menurut Syaraf (2004), adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Tinopterygii
ordo :
Ostariophysi
famili : Clariidae
genus : Clarias
spesies : Clarias
batrachus
Pada ikan lele, gonad
ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada
salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih
kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih
kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua
bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya dari ikan
lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung
dan anus (Fujaya, Y. 2004)
Morfologi ikan lele dapat
dijelaskan seperti kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat
tulang.Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang.Disinilah terdapat alat
pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat.Mulut
berada diujung moncong (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang
hidung yang depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang
hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di
belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas.Sirip
ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal.Sirip
perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal.Sirip dada
dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memilikipanjang maksimum mencapai 400 mm (Fujaya, 2004).
F. Habitat
Ikan lele banyak
ditemukan di Benua Afrika dan Asia Tenggara. Komoditas perikanan ini terdapat
di perairan umum yang berair tawar. Penyebaran lele di Asia, yaitu negara
Indonesia, Thailand, Filipina, dan Cina. Ikan lele di beberapa negara,
khususnya di Asia telah diternakkan dan dipelihara di kolam, seperti Indonesia,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, Filipina, Kamboja, Birma, dan India. Ikan
Lele di Indonesia secara alami ditemukan di Kepulauan Sunda Besar maupun
Kepulauan Sunda Kecil (Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006).
Ikan lele jarang menampakkan aktivitasnya pada siang
hari, ikan lele lebih menyukai tempat yang gelap. Karena hewan ini bersifat
nokturnal yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada
malam hari.Pada siang hari ikan lele memilih bersembunyi di dalam tempat yang
gelap.Ikan lele relatif dapat bertahan pada lingkungan yang jelek dan kandungan
oksigennya sangat sedikit. Namun, pertumbuhan ikan lele akan lebih cepat dan
sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata
air, saluran irigasi, ataupun air sumur (Fujaya, 2004).
G.
Kebiasaan Makan
Makanan alami ikan lele
lokal adalah binatang renik seperti kutu air golongan daphnia, cladocera,dan copepoda. Selain itu, juga memakan
berbagai jenis cacing, larva jentik nyamuk, atau siput kecil.Selain bersifat
pemakan daging (carnivore), lele
lokal yang dipelihara di kolam juga memakan sisa-sisa makanan yang membusuk
yang berasal dari limbah rumah tangga atau limbah dapur.Saat dibudidayakan,
ikan ini dapat diberi pakan limbah peternakan, seperti bangkai ayam dan bangkai
ikan, atau diberi pakan buatan seperti pelet (Khairuman et al., 2008).
Lele
mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai
ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging).Di habitat aslinya, lele makan
cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva
serangga air.Karena bersifat karnivora (Mahyyudin dan kholish, 2011).
Lele bersifat
kanibalisme, yaitu sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan,
lele tidak segan-segan memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil.
Oleh karena itu jangan sampai terlambat memberinya makan. Sifat kanibalisme
juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan
memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil (Mahyuddin. K, 2011).
H.
Kualitas Air
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapub
praktikum Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari senin 22 april 2012 pukul
14.30 sampai dengan selesai di Laboratorium Dasar Perikanan Program Studi
Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Alat
yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut:
No.
|
Nama Alat
|
Spesifikasi
|
Fungsi
|
1.
|
Aquarium
|
1 buah
|
Sebagai wadah
ikan patin dan ikan sepat
|
2.
|
Aerator
|
1 buah
|
Alat untuk
pernapasan tambahan ikan
|
3.
|
Toples
|
6 buah
|
Sebagai wadah
untuk pengamatan
|
4.
|
pH indikator
|
1 buah
|
Untuk mengukur
pHair dalam toples
|
5.
|
Tissue
|
2 buah
|
Untuk
membersihkan toples dan peralatan lainnya
|
6.
|
Kertas Lakmus
|
1 buah
|
Untuk mengukur
pH
|
Tabel 2. Bahan
yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
No
|
Nama Bahan
|
Spesifikasi
|
Fungsi
|
1.
|
HCL
|
secukupnya
|
Untuk
mengamati respon ikan
|
2.
|
ikan nila
|
10
ekor
|
Sebagai
bahan praktikum
|
3.
|
ikan lele
|
10
ekor
|
Untuk
bahan praktikum
|
4.
|
NaOH
|
secukupnya
|
Untuk
mengamati respon ikan
|
C.
Cara
Kerja
Adapun cara kerja dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan
akuarium, isi air kedalamnya dan aerasi. Kemudian masukkan 20 ekor ikan,
biarkan selama 15 menit.
2. Isi
air sebanyak 1,5 liter pada 6 toples. pH aip pada masing-masing toples dibuat
menjadi 3,5,7,9, dan 10. Beri label pada masing-masing toples kemudian pada
masing-masing toples dimasukkan 1 ekor ikan nila dan ikan lele. Diamkan ikan
dalam toples selama 10 menit. Amati dan catat tingkah laku ikan, gunakan kertas
pH indicator untuk mengukur pH air.
3. 2
ekor yang tersisa dalam akuarium , selanjutnya mendapat perlakuan pH air media
diturunkan menjadi 5, diamkan selama 10 menit,. Setelah 10 menit pH air
dinaikkan kembali menjadi 7, diamkan selama 10 menit,. Setelah 10 menit pH air
dinaikkan kembali menjadi 9, diamkan selama 10 menit. Amati dan catat perubahan
tingkah laku ikan. Adakah perbedaan antara ikan yang disimpan dalam akuarium
dengan ikan didalam toples? Amati dan catat perubahan yang terjadi pada insang
dan produksi lender ikan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut : Tabel 6. Hasil respon ikan terhadap perubahan pH didalam toples dari
3,5,7,9 &10
No
|
pH
|
Respon
|
|
Keterangan
|
||
|
|
Ikan
Lele
|
Ikan
Nila
|
|||
1
|
3
|
Pingsan, overkulum bergerak, dan
berlendir
|
Pingsan, berlendir, dan ada darah disirip dada
|
Ikan nila pingsan
Ikan lele mati
|
||
2
|
5
|
Lemah, diam dan tidak berlendir
|
Berlendir dan ada darah didekat overculum
|
Ikan nila pingsan
Ikan lele mati
|
||
3
|
7
|
Tidak terjadi perubahan
|
Tidak terjadi perubahan
|
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup
|
||
4
|
9
|
Ikannya lemah. Tidak berlendir ada
darah didekat overculum
|
Ikannya berlendir dan lemas
|
Ikan nila mati
Ikan lele mati
|
||
5
|
10
|
Diam, stress dan tidak berlendir
|
Berlendir, stress dan mengeluarkan darah didekat overculum
|
Ikan nila hidup
Ikan lele mati
|
||
Tabel 7. Hasil respon
ikan terhadap perubahan pH didalam toples dari 5,7& 9
No
|
pH
|
Respon
|
|
Keterangan
|
|
|
Ikan
Lele
|
Ikan
Nila
|
|
1
|
5
|
Bergerak pasif, overkuum normal
dan tidak berendir
|
Bergerak, overkulum berdarah dan tidak berlendir
|
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup
|
2
|
7
|
Bergerak pasif, overkuum normal
dan tidak berendir
|
Bergerak agresif dan overculum berdarah
|
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup
|
3
|
9
|
Bergerak pasif dan overkulum normal
|
Bergerak agresif dan overculum berdarah
|
Ikan nila hidup
Ikan lele hidup
|
B. Pembahasan
Pada praktikum respon
ikan terhadap perubahan pH yaitu kita dapat mengamati respon ikan terhadap
perubahan pH pada air dimana keadaan air itu dalam keadaan asam, basa, dan
netral.
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan yaitu terhadap ikan nila (Oreochomis niloticus) dan ikan lele (Clarias batrachus) dengan mengamati tingkah laku ikan tersebut,
tinggkah laku tersebut.Pada pH 5 keadaan ini air dalam keadaan asam ikan nila
dan ikan lele setelah dimasukkan bergerak aktif dan lincah, pada pH 7 ikan
bergerak aktif, namun tidak terlaluaktif begit punjuga ikan lele, dan pada pH 7
ikan bergerak seperti biasa normal karena pada pH 7 kondisi air dalam keadaan
netral. Pada pH 9 ikan nila dan ikan lele masih bergerak aktif namun sedikit
mulai lemas, dan pada pH 10 ikan nila bergerak kebawah permukaan toples dan
ikan lele bergerak ke dasars permukaan toples lama-lama kedua ikan ini mulai
pucat dan pingsan. Ikan nila langsung berenang ke dasar permukaan air toples
dan ikan lele terlihat menggambil oksigen ke atas permukaan air secara
bergantian dan terlihat juga ikan nila sering berada di dasar air toples
sedangkan ikan lele selalu bergerak ke atas permukaan air toples terus menerus
dan mulai pada ikan nila pun badannya pucat terlihat selalu diam di dasar
permukaan air lalu ikan lele pun terlihat badannya pucat sedikit memerah mulut
dan sungutnya memerah.
Keadaan pH yang dapat
mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) atau
sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap jenis ikan akan memperlihatkan
respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan dampak yang ditimbulkannya pun
berbeda (Deden Daelami, 2001).
Ikan nila dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah
atau netral.Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan
namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5–10.
Aktifitas ikan nila
yang memproduksi asam dari hasil proses metabolisme dapat mengakibatkan
penurunan pH air, kolam yang lama tidak pernah mengalami penggantian air akan
menyebabkan penurunan pH, hal ini disebabkan karena peningkatan produksi asam
oleh ikan nila yang terakumulasi terus-menerus di dalam kolam dan ini dapat
menyebabkan daya racun dari amoniak dan nitrit dalam budidaya ikan nila akan
meningkat lebih tajam. Stress asam yang dihasilkan dari proses metabolisme
tersebut dapat menyebabkan ikan mengalami kehilangan keseimbangan (Lesmana,
2004).
Setiap 10 menit pH
dinaikkan menjadi5, ikan nila terlihat sering di dasar air toples dan ikan lele
selalu bergerak agresif dengan sering naik ke atas permukaan dan setelah
beberapa menit terlihat kedua ikan semakin bergerak pasif atau diam di atas
permukaan dan di bawah permukaan pada pH 9 badan ikan nila memerah dan ikan
lele sungut dan mulunya pun memerahdan ikan nila hanya diam di dasar permukaan air.Seperti
pendapat Affandi (2001) bahwa insang merupakan organ penting yang mampu
dilewati air mapun mineral, pemeabilitas insang yang tinggi terhadap ion-ion
dapat menyebabkan ikan selalau bergerak diam di bawah permukaan ataupun di atas
permukaan air mungkin juga bisa menyebabkan suatu ikan tersebut pingsan ataupun
mati. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu,
dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai
toleransi salinitas yang luas(Euryhaline).Dan
disini ikan nila dan ikan lele mempunyai torelansi pH yang kecil yang
menyebabkan jika ikan tersebut mengalami stres oleh karenanya pola penyebaran
organisme sangat mengikuti perbedaan suhu laut.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
pH singkatan dari “puisance negatif de H” yaitu
logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan
dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH
perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu
perairan.
2. Ikan
akan bergerak seperti biasa jika pH air sesuai dengan daya tahan tubuh ikan
terhadap lingkungan
3. Ikan
nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan
alkalinitas rendah atau netral.
4. pH
air yang netral untuk ikan adalah ketika
pH air 7
5. Insang
merupakan organ penting yang mampu dilewati air mapun mineral, pemeabilitas
insang yang tinggi terhadap ion-ion dapat menyebabkan ikan selalau bergerak
diam di bawah permukaan ataupun di atas permukaan air mungkin juga bisa
menyebabkan suatu ikan tersebut pingsan ataupun mati.
B. Saran
Adapun saran untuk
praktikum ini adalah sebaiknya pada saat mengukur pH menggunakan alat indikator
ketras lakmus karena alat ini mudah untuk melihat keadaan suatu air dalam toples
dan menggunakan ikan yang masih segar dalam praktikum unuk mencapai hasil yang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi.2005.Osmoregulasi(http://zona-biologi.blogspot.com/2011/01/
osmoregulasi.html
diakses pada tanggal 10 Mei 2013)
Byod. 1982. Water Quality Management for
Pond Fish Culture. Auburn University. Elseveir Science Publising Company,
Albama, Inc. New York.
Daelami, Deden. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya:
Cianjur.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Fujaya,
Y. 2004. Fisiologi Ikan “Dasar Pengembangan Teknik Perikanan”. Rineka Cipta,
Jakarta.
Khairuman dan Amri, Khairul, 2002.Budidaya Lele Dumbo
secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kusrini, E. 2004.Adaptasi Fisiologis Terhadap Salinitas. Rineka Cipta : Jakarta.
Lesmana, D. S. 2004. Kualitas Air Untuk
Ikan Hias Air Tawar.PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marshall,
W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, osmoregulation, and acid-base
balance. In the Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.).
taylor and Francis Group.
Leugeu. 2009. Ikan Nila (Oreochromid
nilotichus)(.http://leugeu.wordpress.com /2009/12/25/nila-oreochromis-niloticus.html
diiakses pada tanggal 7 april 2013).
Mahyuddin dan Kholish, 2011.Panduan
Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Mahyuddin. K. 2011. Salinitas Air Laut.Erlangga : Jakarta.
Suyanto. R. 2005. Nila.PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tariga,rani.2012.Sistematika, Anatomi,
Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila. (http://ranietariga.blogspot.com/2012/03/sistematika-anatomi-fisiologi-dan-morfologi-ikan-nila.html diakses pada
tanggal 10 Mei 2013)
thank you gan
BalasHapusBetway Casino – Welcome Bonus of 200 Free Spins
BalasHapusBetway is one of 출장마사지 the poormansguidetocasinogambling best 바카라 사이트 names when it comes to online kadangpintar casino in the world. Their games are varied, generous, and generous with goyangfc